3 Lembaga Masyarakat Ini Tunjukkan Kepedulian Terhadap Penderita Autoimun

Romauli | 27 Juli 2019 | 11:43 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Firda Athira Foundation (FAF), Clerry Cleffy Institute (CCI) dan Marisza Cardoba Foundation (MCF), bersinergi memberikan dukungan kepada 150 ODAI (orang dengan autoimun)  di 10 kota besar di Indonesia. Mereka menginisiasi kegiatan bertajuk Autoimun Berbagi Bahagia "Weekend Market" pada Sabtu, 27 Juli 2019,  pukul 10.00 WIB di Lobby Lounge Sheraton Grand Gandaria City, Jakarta Selatan.

Rangkaian kegiatan tersebut digelar di Jakarta dan 9 kota lainnya untuk memberikan edukasi terkait penderita / penyintas Autoimun dan memberikan dukungan kepada komunitas Autoimun agar dapat tetap aktif dan berdaya hidup berdampingan di masyarakat.

Autoimun, adalah sebuah kondisi kesehatan di mana sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan kawan dan lawan sehingga menyebabkan keluhan kesehatan kronis bahkan kematian jika menyerang organ yang memiliki peran vital. Menurut Prof. Dr. dr. Aru W. Sudoyo, Sp.PD, KHOM, selaku Ketua Dewan Pengawas MCF dan President of ISIM (International Society of Internal Medicine), autoimun memang penyakit yang mematikan namun bisa dikendalikan. Penyebabnya akibat terpapar bahan-bahan kimia.

"Sumber bahan-bahan kimia itu antara lain makanan-makanan yang ada di sekitar kita, yang sangat logis menjadi perangsang rusaknya antibodi dalam tubuh. Dua generasi lalu, penyakit autoimun sangat langka. Tapi sekarang, jumlahnya meningkat tajam. Dan kebanyakan generasi muda yang menderitanya," papar Prof. Aru.

Celakanya, pengetahuan masyarakat mengenai penyakit berbahaya ini masih dirasakan kurang. Padahal diduga kuat penderitanya di Indonesia bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta orang.

Di Amerika Serikat, jumlah penderita autoimun mencapai 50 juta jiwa ! Atau sekitar 15,5% dari total penduduknya. 

"80 persen penyintas autoimun adalah perempuan usia produktif, dengan gejala yang mirip dengan penyakit lainnya seperti nyeri sendi, mudah lelah, rambut rontok, sering sariawan, demam yang tidak beraturan, dan sebagainya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik, namun gaya hidup dan faktor lingkungan memegang peranan jauh lebih penting. Belum ada obat yang dapat memulihkan seseorang dari kondisi autoimun. Namun penyakit ini dapat dicegah atau dikontrol dengan penerapan pola hidup sehat menyeluruh," ungkap pakar autoimun  DR.dr.Iris Rengganis Sp.PD, KAI (Ketua Dewan Pembina Marisza Cardoba Foundation).

Dua lembaga masyarakat, yakni Firda Athira Foundation (FAF) yang diketuai oleh seorang anak muda generasi milenial yang amat concern terhadap penyakit autoimun, Firda Athira, dan Clerry Cleffy Institute (CCI) yang didirikan psikolog Dwi Prihandini, menyatakan dukungannya dalam mewujudkan Program Nasional Senyum Indonesiaku, sebuah program yang diresmikan Prof.DR.Yohana Susana Yembise Dipl.Apling selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI beserta Marisza Cardoba Foundation pada 6 Agustus 2015.

Menurut Firda Athira, generasi  milenial punya peran penting untuk memberi dukungan kepada teman-temannya yang menderita autoimun agar tetap memiliki semangat yang sama meraih masa depan.

"Dengan dukungan teman dan sahabat, penderita autoimun, khususnya sesama anak muda, akan punya daya juang lebih dan menganggap apa yang dideritanya bukan sebuah halangan untuk menggapai masa depan dan meraih cita-citanya," ujar Firda Athira.

Senada dengan Firda, psikolog yang juga inisiator kegiatan, Dwi Prihandini S.Psi, M.Si juga menyoroti pentingnya edukasi tentang autoimun dan   melakukan inisiatif agar komunitas autoimun mendapat dukungan dan hak yang sama untuk lebih berdaya dalam kehidupan di masyarakat.

"Di Indonesia, Autoimun telah menjadi epidemi dengan lonjakan angka penderita yang tajam. Dibutuhkan edukasi massif agar masyarakat dapat mengenali keberadaan autoimun dan mewaspadainya melalui penerapan pola hidup sehat menyeluruh," ujar Dwi Prihandini.

"Penderita Autoimun di Amerika Serikat berjumlah 50 juta orang, namun jumlah penderita di Indonesia  yang berhasil kami himpun dan berdayakan baru mencapai 5.000an orang, karena kendala awareness yang belum maksimal terbangun serta data valid dari pemerintah yang belum tersedia. Hal ini bisa jadi disebabkan karena gejala autoimun mirip dengan penyakit lainnya, dan masyarakat juga enggan memeriksakan penyakitnya secara menyeluruh karena khawatir masalah pembiayaan yang tidak sepenuhnya ditanggung oleh BPJS," ujar ‎Marisza Cardoba, pendiri Marisza Cardoba Foundation (lembaga masyarakat yang aktif mengedukasi masyarakat tentang autoimun dan Lima Dasar Hidup Sehat, serta pemberdayaan penyintas autoimun).

Penulis : Romauli
Editor: Romauli
Berita Terkait